Tuesday, 14 January 2014

boredom dan fatigue dan stelenes




Boredom adalah perasaan jenuh, jemu atau bosan. Gejala ini sering kita jumpai dalam olahraga sehingga atlet tidak menunjukkan minat dan gairah dalam melakukan latihan atau pertandingan.
Salah satu faktor yang dapat mendorong atlet melakukan suatu kegiatan dengan bergairah adalah minat. Minat merupakan suatu kecenderungan untuk lebih memperhatikan dan memilih kegiatan tertentu di antara sejumlah kegiatan. Adanya minat dalam olahraga berarti atlet yang bersangkutan menunjukkan perhatian yang lebih besar terhadap aktivitas tersebut. Minat bukanlah hal yang bersifat tetap. Minat dapat berubah sewaktu-waktu. Karena itu si atlet kadang lebih tertarik minatnya pada obyek atau kegiatan lain. Boredom merupakan gejala menurunnya minat atlet sehingga atlet yang mengalami boredom atau rasa jemu akan menunjukkan gejala malas berlatih atau kurang bergairah dalam latiihan-latihan.
Menjadi tugas seorang pelatih unruk selalu rnemelihara. mempertahankan. dan bahkan meningkatkan minat atlet-atletnya, baik dalam latihan maupun pertandingan. Boredom mudah terjadi pada atlet apabila latihan-latihan kurang bervariasi, sasaran latihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan fisik semata dan kurang perhatian terhadap aspek psikologis atlet, khususnya mengenai minat dan motivasinya. Boredom biasanya timbul apabila latihan diberikan secara paksaan semata-mata tanpa terlebih dahulu memberikan pngertian dan pemahaman terhadap program-program latihan sehingga atlet kurang memahami arti pentingnya latihan tersebut bagi dirinya dalam upaya mencapai prestasi setiunggi-tingginya.

Penyebab boredom
1.      tidak memperoleh kesenangan lagi dalam cabang olahraga itu
2.      latihan-latihan yang rutin-monoton.
3.      merasa terlalu sering mendapatkan teguran,baik dari pelatih maupun dari teman-teman seregunya
4.      tidak pernah masuk tim inti,sehingga tidak pernah diberi kesempatan bertanding,melawat ke lain kota dan sebagainya
5.      tidak mampu menghadapi stress pertandingan
6.      tidak dapat dukungan dari pelatih atau orang tua
7.      hubungan yang tidak menyenangkan dengan pelatih
8.      merasa tidak ada tantangan dalam latihan atau kehilangan tantangan ataupun dorongan
9.      terlalu sering mengalami situasi yang kurang menyenangkan.
Gejala boredom apabila tidak diperhatikan dapat meningkat lebih lanjut sehingga bukan sekedar merasa jemu atau bosan tetapi merasa betul-betul lelah, sama sekali tidak ada minat dan gairah. Hal ini disebut dengan gejala fatigue. Fatigue atau kelelahan dapat dibedakan menjadi; (1) physical fatigue atau kelehan fisik, (2) mental fatigue atau kelelahan mental.
Kelelahan (fatigue) adalah rasa capek yang tidak hilang waktu kita istirahat. Kelelahan dapat fisik atau mental. Dengan kelelahan fisik, otot kita tidak dapat melakukan kegiatan apa pun semudah seperti sebelumnya. Kita mungkin menyadari ini waktu kita naik tangga atau membawa kantong penuh dari pasar.
Dengan kelelahan mental, kita tidak dapat memusatkan pikiran seperti dahulu. Jika makin berat, mungkin kita malas bangun dari ranjang waktu pagi atau malas melakukan tugas sehari-hari.
Atlet yang sedang mengalami gejala physical fatigue atau kelelahan fisik. otot-ototnya sangat lemah sehingga tidak dapat melakukan aktivitas fisik dengan baik, keterampilannya menurun, dan banyak melakukan kesalahan. Apabila dipaksa melakukan aktivitas fisik dengan beban latihan yang lebih berat, maka dapat menimbulkan gangguan berupa kejang otot, kram, lemas, bahkan tidak mampu bergerak. Sedangkan atlet yang sedang mengalami mental fatigue atau kelelahan mental, yang bersangkutan merasa lelah meskipun secara fisiologis (fisik) nampak normal-normal saja. Akibat terjadinya mental fatigue tersebut atlet menunjukkan penampilan yang lamban, lesu. reaksinya kurang cepat, dan kehilangan kemampuan yang sebenarnya.
Atlet yang mengalami physical fatigue perlu beristirahat cukup lama untuk mengembalikan kondisinya. Sedangkan bagi atlet yang mengalami mental fatigue tidak perlu istirahat, yang dibutuhkan bagi atlet yang bersangkutan adalah mengalihkan aktivitas latihan rutin pada kegiatan lain yang dapat menarik mitlatnya. Pebulutangkis yang mengalami mental fatigue dapat diajak rekreasi di pantai atau pergi ke gunung melakukan olahraga yang bermanfaat untuk menguatkan otot-ototnya, seperti berenang di pantai, cross country, berkemah dan sebagainya. Yang paling diperlukan bagi mereka adalah, mengalihkan perhatian dari aktivitas rutin ke acara lain namun tetap berguna untuk menguatkan otot-otot dan kemampuan fisiknya, yaitu dengan kegiatan yang menarik minat, gairah dan menimbulkan rhotivasi baru untuk berlatih lebih giat lagi pada masa yang akan datang.
Kelelahan dapat mulai dan memburuk sangat pelan-pelan. Jika kita merasa capek bahkan setelah istirahat, kita sebaiknya bicara dengan dokter tentang kelelahan. Memberi informasi semaksimal mungkin kepada dokter. Ini akan mempermudah dia mengetahui apakah kita kelelahan, dan apa penyebabnya.

B.     Upaya Mengatasi Boredom dan Fatigue
Gejala boredom dan fatigue sering kali timbul terutama pada para atlet yang mengikuti pemusatau latihan dalam jangka waktu yang panjang (sepanjang tahun). Karena itu dibutuhkan kreativitas dari pelatih, khususnya dalam membuat program latihan yang bervariasi.
Boredom dan fatigue mudah timbul apabila atlet diberi latihan dalam suasana penuh ketegangan, kurang relaks, dan kurang senda gurau atau humor, di samping latihan yang monoton (kurang variasi). Dengan demikian pelatih yang baik harus menguasai metode kepelatihan dan kreatif dalam membuat variasi-variasi latihan sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis atlet yang dibina.
Di samping menguasai berbagai metode pelatihan dengan baik, pelatih juga perlu menguasai didaktik. Yakni ilmu yang berkenaan dengan pendidikan. Penguasaan metode kepelatihan dengan baik, menjadi jaminan terhadap penguasaan keterampilan, sedangkan penguasaan terhadap didaktik menjadikan seorang pelatih menarik di hadapan para atletnya, tidak mengabaikan minat dan kebutuhan atlet yang dibina serta selalu dapat menjaga hubungan yang harmonis, dan akrab namun tetap berwibawa.
Mungkin ada pelatih yang dapat mengajar keterampilan dengan baik, tetapi atletnya sama sekali tidak puas karena perlakuan pelatih dianggap kurang manusiawi. Ilustrasi ini menunjukkan bahwa pelatih tersebut menguasai metodik melatih tetapi kurang menguasai didaktik. Kasus lain, mungkin ada pelatih yang dalam mengajar keterampilan tertentu membutuhkan waktu yang lebih lama tetapi para atletnya merasa senang dan selalu tenank pada sikap dan cara-cara pelatih tersebut memberikan petunjuk dan bimbingan. Ilustrasi ini menunjukan bahwa pelatih tersebut kurang menguasai metodik melatih tetapi cukup menguasai didaktik.
Gejala boredom dan mental fatigue pada diri atlet nampak dengan makin menurunnya motivasi, sebagaimana dikatakan Singer pengalaman menunjukkan bahwa cukup banyak atlet berbakat hilang di tengah jalan karena pelatih tidak bisa menimbulkan motivasi. Tanpa memiliki motivasa di samping timbul rasa jemu juga dapat timbul gejala-gejala lain seperti hilangnya minat dan gairah, frustasi karena tidak bisa mencapai apa yang diharapkan, rasa putuis asa dan akhirnya meninggalkan olahraga.
Untuk mengatasi menurunnya motivasi dapat dilakukan tindakan-tindakan antara lain:
1.      Menimbulkan harapan baru, yaitu dengan cara menunjukan sasaran untuk dicapai sesuai dengan kemampuan atlet yang bersangkutan. Setiap atlet membutuhkan kepuasan karena dapat mencapai sesuatu yang lebih tinggi dari yang sudah dicapainya, dan lebih puas lagi apabila mendapat pengharagaan atas apa yang dicapainya tersebut. Tehnik ini sesuai dengan tehnik menimbulkan motivasi yang dikenal dengan nama goal setting.
2.      Menimbulkan rasa mampu dan percaya diri. Artinya pelatih harus pandai mengamati segi-segi positif atau kemampuan-kemampuan dan kelebihan-kelebihan atlet yang bersangkutan, dan digunakan untuk menimbulkan rasa percaya diri bahwa dengan latihan lebih intensif pasti atlet tersebut mencapai prestasi lebih tinggi. Misalnya dengan mengetahui kecepatan sibakan kaki dan kekuatan kayuhan tangan perenang, maka pelatih dapat memberikan penjelasan bahwa kemampuan kayuhan tangan perenang tersebut lebih bagus dari perenang lain, oleh karena itu dengan melakukan latihan lebih intensif pada gerakan kaki dan kayuhan tangan pasti prestasinya akan lebih meningkat.
3.      Tekruk menimbulkan motivasi dengan memberikan tantangan juga merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memacu atlet mencapai prestasi lebih tinggi. Sehingga rasa jemu ataupun kelelahan mental dapat dikurangi karena adanya tantangan berupa target-targer yang perlu dikejar. Ini hanya dapat dilakukan dengan baik melalui pendekatan psikologik secara persuatif dan tidak dengan cara paksaan.
4.      Sistem reward and punishment atau pemberian penghargaan dan hukuman. Artinya pelatih seyogianya lebih mengutamakan cara, pemberian penghargaan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti memberikan pujian, acungan jempol, memberi nilai yang lebih dari apa yang dicapai, memberi tanda-tanda yang menunjukkan kenaikan kelas atau tingkat (seperti bela diri). Hukuman hendaknya sejauh mungkin dihindarkan kecuali kalau betul-betul diperlukan dan biasanya hanya dapat diterapkan pada atlet yang mempunyai sifat-sifat tertentu seperti sifat tidak tersinggung. terbuka. suka humor dan sebagainya.
Cara mengatasi boredom
Biasanya kemungkinan peluang untuk membuat mereka tergugah lagi dalam olahraga,ataupun mengatasi rasa boredom,sangat kecil.akan tetapi,meskipun demikian usaha-usaha untuk menggugah minat pada mereka harus tetap dilakukan.langkah-langkah yang bisa dilakukan atlet adalah:
1.      melupakan untuk sementara segala sesuatu yang berhubungan dengan olahraga
2.      melakukan olahraga,pada cabang olahraga lainnya yang kira-kira memberikan kesenangan dan kepuasan
3.      melakukan kegiatan rekreatif ataupun piknik
4.      kalau boredom belum “parah ” dan baru mulai nampak gejalanya turunkan intensitas latihan,ciptakan suasana gembira dalam latihan,hindari tes-tes dan pertandingan
5.      minta nasehat pada ahli psikiater.

C.    STALENESS
Staleness diterjemahkan oleh Wojowasito, Poerwadaminta, dan Wasito (1982) sebagai 1) apak, 2) basi, 3) busuk. Kiranya tidaklah layak menggunakan istilah kebusukan, karena istilah ini berkonotasi negatif dan dapat diinterpretasikan keliru. Demikian juga istilah basi terasa kurang tepat karena lebih terkait dengan perihal makanan. Sementara itu dalam penjelasan berikutnya Wojowasito dan kawan-kawan (1982) mencantumkan bahwa akibat kelebihan latihan, individu menjadi apak. Ini secara langsung menyinggung masalah olahraga, jadi staleness diterjemahkan sebagai keapakan.
Keapakan adalah suatu kondisi yang menunjukkan status atlet dalam keadaan tidak mampu mempertahankan kemampuan penampilan standarnya, dengan kata lain penampilannya di bawah standar, sebagai akibat dari kelebihan latihan, dan untuk selanjutnya atlet tidak akan lagi mampu untuk mencapai taraf kemampuan standarnya. Salah satu cirri dampak psikologi yang dialami atlet yang mengalami keapakan adalah depresi (Weinberg & Gould, 1995).
Kelebihan latihan disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :
a)  Telalu banyak stress dan tekanan
b)  Terlalu banyak berlatih dan latihan fisik
c)  Kelelahan fisik dan nyeri otot
d) Kebosanan (boredom) akibat pengulangan kegiatan terus-menerus
e)  Istirahat yang tidak cukup dan pola tidur yang kurang layak.

 Menurut Harre ( bompa ) Aktivitas yang menyebabkan staleness:
  1. Kesalahan waktu latihan
a.              kurang memeperhatikan istirahat
b.              latihan melebihi kemampuan organism atlit
c.              meningkatkan beban latihan yang terlalu  tinggi setelah lama tidak beratih

  2. Kebiasaan hidup
a.              kurang tidur
b.              kegiatan keseharian yang tak terorganisir
c.              banyak merokok dan miker
d.             pemukiman yang tidak baik terutama ruangan
e.              perselisihan keluarga
f.               nutrisi kurang
g.              hidup tertekan
  3. Lingkungan sosial
a.              tugas keluarga yang berat
b.              frustasi
c.              ketidakpuasan dalam kinerja
d.             tugas kerja yang terlalu menekan
  4. Kesehatan.
a.              Sakit.
b.              mabuk pusing.
c.       sakit perut.

  Staleness dapat pula disebabkan oleh masalah-masalah kurangnya motivasi dan sikap kurang partisipatif :
  Gejala subyektif staleness :
a.       merasa seluruh badan lelah dan kehilangan konsentrasi
b.      tidur tidak enak dan tidak segar waktu bangun
c.       sering pusing-pusing
d.      sukar bangun tidur
e.       nafsu makan berkurang
f.       ganguan pencernaan
g.      merasa bimbang dan ragu sehingga timbulnya ketegangan
h.      merasa mudah tersinggung.

No comments:

Post a Comment