Boredom
adalah perasaan jenuh, jemu atau bosan. Gejala ini sering kita jumpai dalam
olahraga sehingga atlet tidak menunjukkan minat dan gairah dalam melakukan
latihan atau pertandingan.
Salah
satu faktor yang dapat mendorong atlet melakukan suatu kegiatan dengan
bergairah adalah minat. Minat merupakan suatu kecenderungan untuk lebih
memperhatikan dan memilih kegiatan tertentu di antara sejumlah kegiatan. Adanya
minat dalam olahraga berarti atlet yang bersangkutan menunjukkan perhatian yang
lebih besar terhadap aktivitas tersebut. Minat bukanlah hal yang bersifat
tetap. Minat dapat berubah sewaktu-waktu. Karena itu si atlet kadang lebih
tertarik minatnya pada obyek atau kegiatan lain. Boredom merupakan gejala
menurunnya minat atlet sehingga atlet yang mengalami boredom atau rasa jemu
akan menunjukkan gejala malas berlatih atau kurang bergairah dalam
latiihan-latihan.
Menjadi
tugas seorang pelatih unruk selalu rnemelihara. mempertahankan. dan bahkan
meningkatkan minat atlet-atletnya, baik dalam latihan maupun pertandingan.
Boredom mudah terjadi pada atlet apabila latihan-latihan kurang bervariasi,
sasaran latihan lebih terarah pada peningkatan kemampuan fisik semata dan
kurang perhatian terhadap aspek psikologis atlet, khususnya mengenai minat dan
motivasinya. Boredom biasanya timbul apabila latihan diberikan secara paksaan
semata-mata tanpa terlebih dahulu memberikan pngertian dan pemahaman terhadap
program-program latihan sehingga atlet kurang memahami arti pentingnya latihan
tersebut bagi dirinya dalam upaya mencapai prestasi setiunggi-tingginya.
Penyebab
boredom
1. tidak
memperoleh kesenangan lagi dalam cabang olahraga itu
2. latihan-latihan
yang rutin-monoton.
3. merasa
terlalu sering mendapatkan teguran,baik dari pelatih maupun dari teman-teman
seregunya
4. tidak
pernah masuk tim inti,sehingga tidak pernah diberi kesempatan
bertanding,melawat ke lain kota dan sebagainya
5. tidak
mampu menghadapi stress pertandingan
6. tidak
dapat dukungan dari pelatih atau orang tua
7. hubungan
yang tidak menyenangkan dengan pelatih
8. merasa
tidak ada tantangan dalam latihan atau kehilangan tantangan ataupun dorongan
9. terlalu
sering mengalami situasi yang kurang menyenangkan.
Gejala
boredom apabila tidak diperhatikan dapat meningkat lebih lanjut sehingga bukan
sekedar merasa jemu atau bosan tetapi merasa betul-betul lelah, sama sekali
tidak ada minat dan gairah. Hal ini disebut dengan gejala fatigue. Fatigue atau
kelelahan dapat dibedakan menjadi; (1) physical fatigue atau kelehan fisik, (2)
mental fatigue atau kelelahan mental.
Kelelahan (fatigue) adalah rasa capek yang tidak hilang
waktu kita istirahat. Kelelahan dapat fisik atau mental. Dengan kelelahan
fisik, otot kita tidak dapat melakukan kegiatan apa pun semudah seperti
sebelumnya. Kita mungkin menyadari ini waktu kita naik tangga atau membawa
kantong penuh dari pasar.
Dengan kelelahan mental, kita tidak dapat memusatkan pikiran
seperti dahulu. Jika makin berat, mungkin kita malas bangun dari ranjang waktu
pagi atau malas melakukan tugas sehari-hari.
Atlet yang sedang mengalami gejala physical fatigue atau
kelelahan fisik. otot-ototnya sangat lemah sehingga tidak dapat melakukan
aktivitas fisik dengan baik, keterampilannya menurun, dan banyak melakukan
kesalahan. Apabila dipaksa melakukan aktivitas fisik dengan beban latihan yang
lebih berat, maka dapat menimbulkan gangguan berupa kejang otot, kram, lemas,
bahkan tidak mampu bergerak. Sedangkan atlet yang sedang mengalami mental
fatigue atau kelelahan mental, yang bersangkutan merasa lelah meskipun secara
fisiologis (fisik) nampak normal-normal saja. Akibat terjadinya mental fatigue
tersebut atlet menunjukkan penampilan yang lamban, lesu. reaksinya kurang
cepat, dan kehilangan kemampuan yang sebenarnya.
Atlet yang mengalami physical fatigue perlu beristirahat
cukup lama untuk mengembalikan kondisinya. Sedangkan bagi atlet yang mengalami
mental fatigue tidak perlu istirahat, yang dibutuhkan bagi atlet yang
bersangkutan adalah mengalihkan aktivitas latihan rutin pada kegiatan lain yang
dapat menarik mitlatnya. Pebulutangkis yang mengalami mental fatigue dapat
diajak rekreasi di pantai atau pergi ke gunung melakukan olahraga yang
bermanfaat untuk menguatkan otot-ototnya, seperti berenang di pantai, cross
country, berkemah dan sebagainya. Yang paling diperlukan bagi mereka adalah,
mengalihkan perhatian dari aktivitas rutin ke acara lain namun tetap berguna
untuk menguatkan otot-otot dan kemampuan fisiknya, yaitu dengan kegiatan yang
menarik minat, gairah dan menimbulkan rhotivasi baru untuk berlatih lebih giat
lagi pada masa yang akan datang.
Kelelahan dapat mulai dan memburuk sangat pelan-pelan. Jika
kita merasa capek bahkan setelah istirahat, kita sebaiknya bicara dengan dokter
tentang kelelahan. Memberi informasi semaksimal mungkin kepada dokter. Ini akan
mempermudah dia mengetahui apakah kita kelelahan, dan apa penyebabnya.
B.
Upaya Mengatasi Boredom dan Fatigue
Gejala
boredom dan fatigue sering kali timbul terutama pada para atlet yang mengikuti
pemusatau latihan dalam jangka waktu yang panjang (sepanjang tahun). Karena itu
dibutuhkan kreativitas dari pelatih, khususnya dalam membuat program latihan
yang bervariasi.
Boredom
dan fatigue mudah timbul apabila atlet diberi latihan dalam suasana penuh
ketegangan, kurang relaks, dan kurang senda gurau atau humor, di samping
latihan yang monoton (kurang variasi). Dengan demikian pelatih yang baik harus
menguasai metode kepelatihan dan kreatif dalam membuat variasi-variasi latihan
sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis atlet yang dibina.
Di
samping menguasai berbagai metode pelatihan dengan baik, pelatih juga perlu
menguasai didaktik. Yakni ilmu yang berkenaan dengan pendidikan. Penguasaan
metode kepelatihan dengan baik, menjadi jaminan terhadap penguasaan
keterampilan, sedangkan penguasaan terhadap didaktik menjadikan seorang pelatih
menarik di hadapan para atletnya, tidak mengabaikan minat dan kebutuhan atlet
yang dibina serta selalu dapat menjaga hubungan yang harmonis, dan akrab namun
tetap berwibawa.
Mungkin
ada pelatih yang dapat mengajar keterampilan dengan baik, tetapi atletnya sama
sekali tidak puas karena perlakuan pelatih dianggap kurang manusiawi. Ilustrasi
ini menunjukkan bahwa pelatih tersebut menguasai metodik melatih tetapi kurang
menguasai didaktik. Kasus lain, mungkin ada pelatih yang dalam mengajar
keterampilan tertentu membutuhkan waktu yang lebih lama tetapi para atletnya
merasa senang dan selalu tenank pada sikap dan cara-cara pelatih tersebut
memberikan petunjuk dan bimbingan. Ilustrasi ini menunjukan bahwa pelatih
tersebut kurang menguasai metodik melatih tetapi cukup menguasai didaktik.
Gejala
boredom dan mental fatigue pada diri atlet nampak dengan makin menurunnya
motivasi, sebagaimana dikatakan Singer pengalaman menunjukkan bahwa cukup
banyak atlet berbakat hilang di tengah jalan karena pelatih tidak bisa
menimbulkan motivasi. Tanpa memiliki motivasa di samping timbul rasa jemu juga
dapat timbul gejala-gejala lain seperti hilangnya minat dan gairah, frustasi
karena tidak bisa mencapai apa yang diharapkan, rasa putuis asa dan akhirnya
meninggalkan olahraga.
Untuk
mengatasi menurunnya motivasi dapat dilakukan tindakan-tindakan antara lain:
1.
Menimbulkan harapan baru, yaitu dengan cara menunjukan
sasaran untuk dicapai sesuai dengan kemampuan atlet yang bersangkutan. Setiap
atlet membutuhkan kepuasan karena dapat mencapai sesuatu yang lebih tinggi dari
yang sudah dicapainya, dan lebih puas lagi apabila mendapat pengharagaan atas
apa yang dicapainya tersebut. Tehnik ini sesuai dengan tehnik menimbulkan
motivasi yang dikenal dengan nama goal setting.
2.
Menimbulkan rasa mampu dan percaya diri. Artinya pelatih
harus pandai mengamati segi-segi positif atau kemampuan-kemampuan dan
kelebihan-kelebihan atlet yang bersangkutan, dan digunakan untuk menimbulkan
rasa percaya diri bahwa dengan latihan lebih intensif pasti atlet tersebut
mencapai prestasi lebih tinggi. Misalnya dengan mengetahui kecepatan sibakan
kaki dan kekuatan kayuhan tangan perenang, maka pelatih dapat memberikan
penjelasan bahwa kemampuan kayuhan tangan perenang tersebut lebih bagus dari
perenang lain, oleh karena itu dengan melakukan latihan lebih intensif pada
gerakan kaki dan kayuhan tangan pasti prestasinya akan lebih meningkat.
3.
Tekruk menimbulkan motivasi dengan memberikan tantangan juga
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memacu atlet mencapai
prestasi lebih tinggi. Sehingga rasa jemu ataupun kelelahan mental dapat
dikurangi karena adanya tantangan berupa target-targer yang perlu dikejar. Ini
hanya dapat dilakukan dengan baik melalui pendekatan psikologik secara
persuatif dan tidak dengan cara paksaan.
4.
Sistem reward and punishment atau pemberian penghargaan dan
hukuman. Artinya pelatih seyogianya lebih mengutamakan cara, pemberian
penghargaan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti memberikan
pujian, acungan jempol, memberi nilai yang lebih dari apa yang dicapai, memberi
tanda-tanda yang menunjukkan kenaikan kelas atau tingkat (seperti bela diri).
Hukuman hendaknya sejauh mungkin dihindarkan kecuali kalau betul-betul
diperlukan dan biasanya hanya dapat diterapkan pada atlet yang mempunyai
sifat-sifat tertentu seperti sifat tidak tersinggung. terbuka. suka humor dan
sebagainya.
Cara mengatasi boredom
Biasanya kemungkinan peluang untuk membuat mereka tergugah lagi dalam olahraga,ataupun mengatasi rasa boredom,sangat kecil.akan tetapi,meskipun demikian usaha-usaha untuk menggugah minat pada mereka harus tetap dilakukan.langkah-langkah yang bisa dilakukan atlet adalah:
Biasanya kemungkinan peluang untuk membuat mereka tergugah lagi dalam olahraga,ataupun mengatasi rasa boredom,sangat kecil.akan tetapi,meskipun demikian usaha-usaha untuk menggugah minat pada mereka harus tetap dilakukan.langkah-langkah yang bisa dilakukan atlet adalah:
1. melupakan
untuk sementara segala sesuatu yang berhubungan dengan olahraga
2. melakukan
olahraga,pada cabang olahraga lainnya yang kira-kira memberikan kesenangan dan
kepuasan
3. melakukan
kegiatan rekreatif ataupun piknik
4. kalau
boredom belum “parah ” dan baru mulai nampak gejalanya turunkan intensitas
latihan,ciptakan suasana gembira dalam latihan,hindari tes-tes dan pertandingan
5. minta
nasehat pada ahli psikiater.
C. STALENESS
Staleness diterjemahkan oleh Wojowasito, Poerwadaminta, dan
Wasito (1982) sebagai 1) apak, 2) basi, 3) busuk. Kiranya tidaklah layak
menggunakan istilah kebusukan, karena istilah ini berkonotasi negatif dan dapat
diinterpretasikan keliru. Demikian juga istilah basi terasa kurang tepat karena
lebih terkait dengan perihal makanan. Sementara itu dalam penjelasan berikutnya
Wojowasito dan kawan-kawan (1982) mencantumkan bahwa akibat kelebihan latihan,
individu menjadi apak. Ini secara langsung menyinggung masalah olahraga, jadi
staleness diterjemahkan sebagai keapakan.
Keapakan adalah suatu kondisi yang menunjukkan status atlet
dalam keadaan tidak mampu mempertahankan kemampuan penampilan standarnya,
dengan kata lain penampilannya di bawah standar, sebagai akibat dari kelebihan
latihan, dan untuk selanjutnya atlet tidak akan lagi mampu untuk mencapai taraf
kemampuan standarnya. Salah satu cirri dampak psikologi yang dialami atlet yang
mengalami keapakan adalah depresi (Weinberg & Gould, 1995).
Kelebihan latihan disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :
a) Telalu banyak stress dan tekanan
b) Terlalu banyak berlatih dan latihan fisik
c) Kelelahan fisik dan nyeri otot
d) Kebosanan (boredom) akibat pengulangan kegiatan
terus-menerus
e) Istirahat yang tidak cukup dan pola tidur yang
kurang layak.
Menurut Harre ( bompa ) Aktivitas yang menyebabkan
staleness:
1. Kesalahan waktu latihan
a.
kurang memeperhatikan
istirahat
b.
latihan melebihi kemampuan
organism atlit
c.
meningkatkan beban latihan
yang terlalu tinggi setelah lama tidak beratih
2. Kebiasaan hidup
a.
kurang tidur
b.
kegiatan keseharian yang tak
terorganisir
c.
banyak merokok dan miker
d.
pemukiman yang tidak baik
terutama ruangan
e.
perselisihan keluarga
f.
nutrisi kurang
g.
hidup tertekan
3. Lingkungan sosial
a.
tugas keluarga yang berat
b.
frustasi
c.
ketidakpuasan dalam kinerja
d.
tugas kerja yang terlalu
menekan
4. Kesehatan.
a.
Sakit.
b.
mabuk pusing.
c. sakit perut.
Staleness dapat pula disebabkan oleh masalah-masalah
kurangnya motivasi dan sikap kurang partisipatif :
Gejala subyektif staleness :
a.
merasa seluruh badan lelah
dan kehilangan konsentrasi
b.
tidur tidak enak dan tidak
segar waktu bangun
c.
sering pusing-pusing
d.
sukar bangun tidur
e.
nafsu makan berkurang
f.
ganguan pencernaan
g.
merasa bimbang dan ragu sehingga
timbulnya ketegangan
h.
merasa mudah tersinggung.
No comments:
Post a Comment